Oleh Adhi Darmawan
Selama tahun 2010, persoalan mendasar yang perlu dicermati dalam bidang sosial budaya adalah masalah moralitas bangsa, kemiskinan, kependudukan, pemerataan pendidikan, kesehatan, serta toleransi antar masyarakat adat dan antar umat beragama. Kasus perselingkuhan artis yang terkait pornoaksi banyak disorot sebagai salah satu indikator semakin rendahnya moralitas bangsa. Pada tataran masyarakat, maraknya seks bebas dan pornoaksi yang banyak dilakukan pelajar juga menunjukkan bahwa moralitas kian menipis keberadaannya, sekaligus indikator bahwa sistem pendidikan kita belum mampu sepenuhnya menghasilkan sumber daya manusia yang berakhlak mulia sebagaimana yang menjadi tujuan nasional pendidikan itu. (Pasal 31 Ayat 3 UUD 1945).
Selama 2010, kemiskinan juga masih menjadi momok yang melemahkan bangsa. Dari data BPS 2010, jumlah penduduk minkin di Indonesia masih 13,33%, dengan rincian 16,56% berada di desa, serta 9,87% berada di perkotaan. Jurang yang lebar antara kemiskinan di kota dan desa ini juga menunjukkan bahwa pembangunan di Indonesia masih belum sepenuhnya merata. Budaya membaca dan aktif mengikuti arus informasi masyarakat kita juga masih rendah, hal ini bisa dilihat dari prosentasi penduduk yang pernah membaca surat kabar sebatas 18,94 % (BPS,2009). Lebih banyak penduduk yang lebih suka menyaksikan televisi (90,27) dengan berbagai tayangan. Hal ini menjadikan tayangan televisi sangat bertanggungjawab terhadap turunnya moralitas bangsa.
Dalam masalah kependudukan, masih diwarnai oleh laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, Selama 2000-2010 laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,49 persen atau lebih tinggi dibanding periode 1990-2000 yang hanya mencapai 1,45 persen. (BPS,2010). Tentu, angkatan kerja juga bertambah. Pertumbuhan lapangan kerja yang tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk tentu menjadi masalah besar dalam hal ini. Hingga Agustus 2010, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia mencapai 7,14 persen.
Untuk pendidikan anggaran signifikan sudah cukup besar. Yang menjadi masalah kemudian yaitu efektifitas anggaran tersebut dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dipenuhinya hak memperoleh pendidikan yang berkualitas oleh seluruh lapisan masyarakat adalah hal yang harus dilakukan para penyelenggara pendidikan nasional ini, tanpa terkecuali. Kecukupan tenaga pengajar yang berkualitas adalah hal penting yang harus disediakan disamping sarana dan metodologi pendidikan itu sendiri. Hal ini sebagaimana juga yang terdapat dalam bidang kesehatan, dimana kecukupan tenaga medis, baik dokter, perawat maupun bidan masih kurang mereta keberadaannya, terutama di pedesaan yang jauh dari kota.
Dalam bidang sosial budaya, masalah benturan perbedaan suku, agama, ras, dan adat istiadat (SARA) masih pula terjadi selama 2010. Berbagai kasus kekerasan yang beraroma SARA masih terjadi. Benturan antar pemeluk umat beragama dan kekerasan terhadap penganut keyakinan lain masih selalu menghiasi media massa. Selain itu, isyu HAM yang terkait dengan budaya minoritas -seperti perjuangan kaum gay dan lesbi- juga menyeruak. Mereka yang selama ini dianggap memiliki perilaku menyimpang berjuang menancapkan eksistensinya agar diakui dan dihormati hak-haknya sebagai manusia.
Tahun 2010 ditutup dengan kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia pada 9 November 2010 M. Selama berada di Indonesia, ia bertemu Presiden Yudhoyono bersama kabinetnya dan berkunjung ke masjid terbesar di Asia Tenggara, yakni Masjid Istiqlal. Terakhir ia menyampaikan pidato di kampus Universitas Indonesia, Depok. Obama menyebut, Indonesia menduduki posisi penting dalam upaya Amerika untuk berkomunikasi dengan dunia Islam. Dalam pidatonya, Obama berbicara tentang demokrasi dan pembangunan, serta mentransformasikannya kepada generasi Muslim di seluruh dunia. Point penting dalam hal ini, Obama berbicara tentang pluralisme dan toleransi di Indonesia.
19 January 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)