04 November 2008

Belajar Dari PLTN Jepang dan Korea


Oleh Adhi Darmawan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), adalah Negara yang sangat luas dan besar dengan perkiraan jumlah penduduk mencapi 220 juta jiwa ditahun 2007 ini, yang merupakan terbesar ke empat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat.

Banyaknya jumlah penduduk Indonesia berpengaruh pada tingginya kebutuhan akan penggunaan energi listrik, mulai dari industri skala besar sampai dengan rumah tangga sehari-hari.

Ketersediaan energi listrik kita sekarang ini sangat terbatas, hal ini terlihat dari banyaknya kasus pemadaman listrik di sejumlah kota besar setiap hari secara bergiliran. Roda perekonomian di sejumlah kota besar yang mengalami pemadaman listrik tersebut sontak mati. Tak terbayangkan berapa milyar rupiahkah masyarakat setempat merugi akibat matinya aliran listrik selama beberapa bulan.Alasan Perusahaan Listrik Negara masih klasik, yaitu sekitar sangat minimnya pasokan energi yang ada. Oleh karena keterbatasan energi listrik tersebut, maka diperlikan energi listrik dari sumber lain, diluar dari sumber listrik tenaga air yang selama ini dipakai. Energi nuklir, panas matahari, atau energi listrik sumber lainnya jelas sangat diperlukan.

Dalam upaya pemanfaatan energi listrik nuklir (PLTN), pemerintah, melalui kementrian Riset dan Teknologi telah menunjuk beberapa kelompok masyarakat untuk mempelajari dan melihat dari dekat bagaimana PLTN dibangun, bagaimana keamanannya, reaksi masyarakat sekitar, manfaatnya terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat, serta dampaknya terhadap lingkungan. Kunjungan ke Korea dan Jepang dilaksanakan pada tanggal 23 Juli – 2 Agustus 2007. Ada 16 (enam belas) orang yang ikut dalam kunjungan tersebut.

Korea dan Jepang merupakan dua negara pengembang PLTN yang secara geografis paling dekat dengan Indonesia dibanding negara pengembang PLTN lainnya. Kedua negara tersebut juga sama dengan Indonesia, sebagai negara yang rawan gempa.

Setelah berdiskusi dengan berbagai pihak di Korea dan Jepang, dapat disimpulkan bahwa modal dasar dua negara tersebut dalam mendirikan reaktor nuklir untuk PLTN adalah kemauan pilitik (political will) yang kuat dan serius dari pemerintah terutama Presiden yang di ikuti dengan sinkronisasi langkah diantara pihak yang paling bertanggung jawab dan terkait secara langsung dalam pembangunan PLTN. Termasuk di dalamnya Pemerintah Daerah Tingkat I dan II. Selanjutnya pemerintah harus bersungguh-sungguh melakukan komunikasi dan menjalin kerjasama saling menguntungkan dengan negara-negara yang telah mempunyai pengalaman dalam membangun PLTN, baik negara-negara di Asia, Eropa, Australia, maupun Amerika Serikat.

Dalam proses pendirian PLTN, pemerintah Korea dan Jepang memulai langkah dengan melakukan dialog dan memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang PLTN secara terbuka dan jelas sehingga masyarakat benar-benar mengerti apa manfaat dan mudlarat PLTN.

Pemerintah Korea dan Jepang sangat bangga sekali atas kemampuan mereka dalam membangun PLTN dengan jumlah banyak. Sampai saat ini Korea sudah membangun 22 unit PLTN, sementara Jepang telah mampu mengoperasikan dengan baik 55 Unit PLTN.

Setelah melihat secara langsung beberapa unit PLTN di Korea dan Jepang, nampak jelas sekali bahwa PLTN di dua negara tersebut di dirikan denga standar keamanan yang baik, dari aspek teknologi yang digunakan maupun bangunan fisik PLTN. Bahkan dengan konstruk bangunan PLTN yang kokoh dan kuat mampu menahan goncangan gempa dibawah 8 skala richter. Jaminan keamanan PLTN ditunjang dengan reaktor kontrol yang apabila terjadi masalah (trouble) maka PLTN akan mati secara otomatis (outomatic shut down).

Yang dilakukan pemerintah Korea dan Jepang ketika pertama kali membangun PLTN, adalah menjalin kerjasama dengan negara yang lebih dahulu membangun PLTN seperti Amerika, Perancis, Inggris, dan lain-lain. Namun seteleh 15 tahun kegua negara tersebut telah mampu mengoperasikan PLTN dengan 100 % tenaga ahli dalam negeri. Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa transfer of technology berjalan dengan baik dan lancar.

Mengutip pernyataan Wakil Menteri Perdagangan Industri dan Energi Korea dan Jepang, Mr. Dr. Lee Jae Hoon dan Mr. Yoshifumi Miyamoto bahwa beberapa alasan mengapa memilih PLTN sebagai energi listrik karena PLTN sangat efisien, murah pembiayaannya, ramah lingkungan, dan yang terpenting dapat mengurangi pemanasan global karena kadar CO2 yang lebih rendah. (sedikit diatas energi matahari, akan tetapi lebih murah pembiayaannya).

Tidak salah kemudian sindiran yang dikemukakan James Lovlock, seorang ahli lingkungan terkemuka, bahwa ”Orang-orang yang tidak menyetujui pemanfaatan energi nuklir hanya didasarkan pada ketakutan yang tidak masuk akal karena dipengaruhi oleh film-film fiksi Hollywood”. Jika kita cermati sindiran tersebut, masuk akal memang, sebab Amerika Serikat kurang suka negara lain membangun PLTN, sementara negaranya sendiri terus mengembangkannya. Membuat cerita film yang selalu menyeramkan tentang nuklir adalah jalan yang dimbilnya, agar negara lain tak mengikutinya. Adalah pilihan bagi negara kita membangun PLTN ataukah memberikan derita bagi ribuan warga kota yang terkena dampak pemadaman listrik bergilir?

No comments: